Judul: The Innovators
Penulis: Walter Isaacson
Penerjemah: Reni Indardini
Penerbit: PT Bentang Pustaka
Tahun terbit: 2015
Tebal: 450 halaman
Penulis: Walter Isaacson
Penerjemah: Reni Indardini
Penerbit: PT Bentang Pustaka
Tahun terbit: 2015
Tebal: 450 halaman
Internet awalnya dibuat untuk
memfasilitasi kolaborasi (kerja tim) sementara PC terutama yang ditujukan untuk
penggunaan di rumah dirancang guna mengakomodasi kreativitas individual.
Perkembangan kemajuan di bidang jaringan komputer dan PC baru bersinggungan
pada akhir 80-an, berkat munculnya modem, penyedia jasa internet dan World Wide
Web. Perkawinan antara komputer dan jaringan terdistribusi Internet mencetuskan
Revolusi Digital, sehingga siapapun kini dapat menciptakan, menyebarluaskan,
dan mengakses informasi darimana saja.
Perkembangan digital saat ini
telah memungkinkan orang biasa untuk lebih mudah menciptakan dan berbagi
konten.
Nah, siapa sajakah para inovator
yang telah menghantarkan kita kepada era digital yang nyaman ini?
Berawal dari ambisi Babbage untuk
menciptakan mesin yang dapat menjalankan beragam operasi berdasarkan instruksi
pemrograman, dimana alat itu dapat mengerjakan satu tugas lalu beralih
mengerjakan tugas lainnya. Meminjam istilah Babbage, mesin yang dapat mengubah
‘pola kegiatannya’. Keinginan Babbage untuk membuat mesin yang ia beri nama
dengan mesin analitis ini didorong oleh minat masa kecilnya pada mesin-mesin
yang bisa merampungkan pekerjaan manusia.
Ide Babbage untuk mesin analitis
impiannya itu terlalu maju untuk zamannya, sehingga ia tidak berhasil menarik
perhatian media massa atau pun jurnal ilmiah saat itu. Namun demikian seorang
wanita penyuka matematika dan teknologi, Ada Lovelace memercayai mesin impian
Babbage. Ia satu-satunya orang yang bisa melihat keindahan dan kegunaan yang
menakjubkan dari mesin tersebut.
Bagi Ada, mesin tersebut tidak
hanya mampu untuk menghitung angka dan menjalankan operasi matematika (seperti
keinginan Babbage) namun juga berpotensi untuk memproses notasi simbol apapun,
termasuk notasi musik dan artistik.
Terinspirasi penggunaan aljabar
dalam logika formal yang diajarkan oleh tutornya de Morgan, Ada menegaskan
bahwa pada prinsipnya Mesin Analitis bisa menyimpan, memanipulasi, memproses
dan menindaklanjuti apapun yang dapat diekspresikan sebagai simbol, entah itu
kata, logika, musik, ataupun yang lain-lain.
Pemahaman di atas merupakan
konsep inti yang menggerakkan abad digital: konten, data, atau informasi apa
saja-musik, teks, gambar, bilangan, simbol, suara, video-dapat dieskpresikan
dalam format digital dan dimanipulasi oleh mesin.
Ide kartu berlubang yang ada di
mesin tenun jacquard dan dipinjam oleh Babbage untuk mesin analitis rekaannya
itu nantinya disempurnakan oleh Herman Hollerith sehingga pas untuk
dimanfaatkan dalam komputer.
Mesin Hollerith dan Babbage
berkarakter digital. Gagasan mesin analog kemudian muncul oleh karya kakak
beradik Lord Kelvin dan James Thomson pada tahun 1870-an. Alat ini mampu
melakukan perhitungan kalkulus namun gagal memecahkan persamaan dengan banyak
variabel. Kesulitan ini akhirnya terjawab pada 1931 oleh Profesor Teknik dari
MIT, Vannevar Bush. Beliau berhasil membuat komputer analog elektromekanis
pertama di dunia. Mesin itu diberi nama Differential Analyzer. Mesin ini
nantinya bayak digunakan untuk mendidik dan mengilhami para pionir komputer
generasi selanjutnya. Namun demikian mesin ini tidak mengambil peran penting
dalam sejarah komputer karena karakter analognya. Sebaliknya, Differential
Analyzer menjadi cikal bakal berakhirnya mesin analog.
Namun demikian, berbagai
pendekatan, teknologi, dan teori anyar bermunculan pada tahun 1937, tepat
seratus tahun Babbage kali pertama menerbitkan makalahnya mengenai mesin
analitis. Lompatan matematika terjadi pada tahun ini yang salah satunya
menghasilkan konsep formal mengenai komputer universal. Dan konsep ini digagas
oleh matematikawan brilian asal Inggris, Alan Turing yang terkenal dengan mesin
Komputasi Logis atau mesin Turing.
Disusul oleh berbagai penemuan
dan tokoh pelopor komputer lainnya, Claude Shannon penemu teori informasi
sampai Bill Gates, Steve Jobs yang tak asing lagi dan diakhiri oleh komputer
buatan IBM, Watson yang memenangi kuis jeopardy di tahun 2011.
Kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi tentu tidak berhenti sampai di sini, akan lahir banyak para penerus
yang melanjutkan mimpi-mimpi dari para generasi sebelumnya.
Ulasan
Buku ini berkisah tentang kemajuan serempak internet dan PC. Merunut keterkaitan
antara perkembangan internet dan komputer. Inilah kisah mengenai para inovator
era digital, mereka yang telah berjasa melahirkan revolusi digital.
Ada sebuah kesamaan yang dimiliki
para pelopor komputer itu, yaitu mencari cara agar perhitungan matematika (yang
itu-itu saja) dapat dikerjakan secara lebih praktis dan cepat.
Kolaborasi antargenerasi ini lah
yang melahirkan era digital. Ide yang diwariskan dari satu jajaran inovator ke
jajaran berikutnya melahirkan revolusi digital yang luar biasa menakjubkan.
Bekerjasama, kolaborasi adalah
nilai-nilai keterampilan hidup yang harus dilatih dan dikembangkan. Kisah salah
satu tokoh yaitu John Atanasof membuktikan bahwa amat sukar untuk menjadi
penemu yang bekerja sendiri. Kesendirian Atanasof menjadi titik kelemahnnya,
karena di sekelilingnya tidak ada orang yang mampu memberikan masukan atau
membantu memecahkan tantangan teoretis ataupun teknis.
Yang perlu diingat, kreativitas
adalah proses kolaboratif. Kreativitas tidak muncul sendiri. Maka seorang
inovator yang baik adalah mereka yang memahami alur perubahan teknologi dan
meneruskan tongkat perjuangan inovator terdahulu.
Sumber
http://buku.enggar.net/
0 komentar:
Posting Komentar